TKN Jokowi Tuding Kelompok Radikal Lingkari Kubu Prabowo-Sandiaga

Ahad, 13 Januari 2019

BUALBUAL.com, Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin menuding pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dikelilingi oleh kelompok yang berpikiran radikal. "Yang melingkari Pak Prabowo adalah rata-rata, mohon maaf ya dengan segala hormat itu banyak orang-orang yang berpikiran track record nya berpikiran radikal selama ini," ujar Juru Bicara TKN Abdul Kadir Karding saat ditemui di Posko Jokowi-Ma'ruf Amin, Sabtu (12/1). Politikus PKB itu menyatakan bahwa kelompok radikal yang mengelilingi kubu Prabowo-Sandiaga merupakan fakta yang tak bisa dibantah. Ia sendiri menilai kehadiran kelompok radikal itu tentu menghawatirkan bagi kelompok Islam moderat, seperti NU dan Muhammadiyah. "Dan tentu itu kalau bagi Ansor, NU, Muhammadiyah akan menjadi kekhawatiran," kata dia Menurut Karding, Indonesia bisa terpecah belah jika pasangan yang disokong kaum radikal memenangkan Pilpres 2019. Ia bahkan khawatir Indonesia bisa terpecah belah seperti sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Suriah dan Afganistan. "Kalau gerakan radikal ini menang, bangsa ini bisa pecah, Suriah kan begitu, kemudian beberapa negara di Afrika," kata dia. Sementara di tempat berbeda, Ma'ruf Amin juga menegaskan tak ada pendukung mereka yang berasal dari kaum radikal. Meski demikian, Ma'ruf menyakini GP Ansor telah memiliki data yang valid terkait kelompok radikal yang menginduk di salah satu pasangan capres-cawapres tersebut sehingga mau membuka suara ke publik. "Ya kalau di Jokowi tidak ada (kelompok) radikalis ya. Ya mungkin saja (ada kaum radikal mendukung salah satu pasangan), kalau GP Ansor kan punya datanya. Kalau dia bicara berarti dia punya data," kata Ma'ruf di Kantor DPD Golkar, Depok, Jawa Barat. GP Ansor sebelumnya menyatakan kelompok-kelompok radikal yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia mulai terkonsolidasi menjelang pilpres 2019. Konsolidasi yang mereka lakukan disebut bukan untuk mengacaukan jalannya pilpres 2019. Melainkan membawa agenda mendirikan negara Islam atau NKRI Bersyariah dengan mendukung salah satu paslon presiden dan wakil presiden. Sementara itu, Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Ferry Mursyidan Baldan menilai pernyataan GP Ansor terkait kaum radikal berlebihan. Ketimbang memperhatikan salah satu kelompok yang mendukung salah satu paslon, menurutnya lebih penting memastikan jumlah pemilih. "Kita kan bernegara beragam masyarakat, yang penting kita urus jumlah pemilih, mau apapun sukunya punya hak untuk memilih. Ini stigmatisasi yang merusak dan menjadi cikal bakal bahaya laten dalam membangun persatuan," kata Fery di Media Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (12/1).   Sumber: cnnindonesia