TNI, Polri dan Warga Terus Berjibaku Padamkan Karhutla di Pelalawan 'Kebakaran Mulai Berkurang'

Sabtu, 03 Agustus 2019

BUALBUAL.com - Upaya Satgas Karhutla memadamkan api di Riau mulai menampakkan hasil. Seperti yang terjadi di Pelalawan, berkat kerja keras TNI, Polri dan masyarakat, kebakaran sudah mulai berkurang. Jika pada Kamis (1/8/2019) satelit mendeteksi 51 hotspot dengan level confidence di atas 70 persen sebanyak 39 titik di Pelalawan, hari ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mencatat hotspot di Pelalawan turun menjadi 23 titik, dengan level confidence di atas 70 persen tinggal 10 titik. Hotspot terbanyak hari ini berada di Indragiri Hilir 67 titik dan Siak 31 titik. Dari jumlah tersebut, level confidence di atas 70 persen di Siak 25 titik dan Indragiri Hilir 51 titik. Dandim 0313/KPR Letkol Inf Aidil Amin SIP MIPol yang ikut turun langsung memadamkan api di Pelalawan mengatakan, pihaknya mengerahkan 55 anggota dari Kodim 0313/KPR. Kemudian ada juga 150 TNI dari Arhanud dan pihak yang tergabung dalam Satgas Karhutla turut bertungkus lumus memadamkan api. "Kita sudah tiga hari di lapangan memadamkan api di Pelalawan. Ada tiga titik yang menjadi fokus pemadaman, yakni Desa Penarikan, Badagu dan Desa Sering," ujarnya, Sabtu (3/8/2019). Pemadaman Berisiko Letkol Inf Aidil Amin menegaskan, pihak terus berjibaku memadamkan api sampai tuntas. Ada beberapa kendala yang mereka temukan di lapangan, terutama mengingat lokasi kebakaran adalah lahan gambut dan lokasinya jauh di tengah sehingga sulit dijangkau lewat jalur darat. Karena itu, untuk sampai ke lokasi, mereka terpaksa menyusuri sekat kanal yang ada di dekat lokasi kebakaran. "Karena medannya juga sulit, kita mengingatkan anggota di lapangan bahwa pemadaman Karhutla itu juga berisiko. Kalau terlalu lama di area berkabut, asap membuat kita pusing dan mual-mual. Jadi anggota juga kita ingatkan untuk menjaga keselamatan. Untuk turun ke lapangan memerlukan stamina yang kuat," ujarnya. Dandim 0313/KPR ini juga mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran dengan alasan membuka lahan pertanian atau perkebunan. Karena apapun alasannya, membakar itu dilarang. Ia mengajak masyarakat bersama-sama menjaga lingkungan sekitarnya. "Karena ada juga kasus Karhutla ini yang tak sengaja dibakar. Tapi terbakar karena kecerobohan. Misalnya, ada yang memancing di sekitar lokasi membuang puntung rokok, atau membuat bakaran saat memancing malam hari. Memang tidak niat membakar, tapi karena kecerobohan terjadi kebakaran. Karena itu kita terus mengajak masyarakat sama-sama menjaga lingkungan," ujarnya. Dan bagi pihak yang memang sengaja membakar lahan, menurutnya harus bertanggung jawab. "Kita dukung pihak kepolisian untuk menangkap pelakunya dan diproses sesuai ketentuan yang berlaku. Kita percayakan proses hukum Karhutla kepada kepolisian," tegasnya.***   Sumber: cakaplah