Tukang Pangkas Rambut Keliling 'Suyadi Kholik' Pakai APD

Jumat, 15 Mei 2020

DEMI SURVIVE: Suyadi Kholik (kanan) bersama sahabatnya, Dhimas Rismadhana Putra, saat memotong rambut pelanggannya. (Septian Nur Hadi/Jawa Pos)

BUALBUAL.com - Jarum jam menunjukkan pukul 08.15, Sabtu (9/5). Pagi itu, Suyadi Kholik sudah terlihat rapi di rumahnya di Jalan Kutisari Selatan Gang IIE, Tenggilis Mejoyo. Pakaian alat pelindung diri (APD) lengkap telah menutupi seluruh tubuhnya. Mulai baju hazmat, face shield, kacamata, sarung tangan medis, hingga sepatu dan masker.

Suyadi lantas keluar dari rumahnya untuk beraktivitas. Namun, bukan untuk melakukan penyemprotan disinfektan atau mengevakuasi warga yang terindikasi mengidap Covid-19. Melainkan untuk bekerja sebagai pemangkas rambut.

Ya, APD lengkap sengaja digunakan untuk memberikan rasa nyaman dan aman dari paparan Covid-19. Baik bagi diri sendiri maupun untuk seluruh masyarakat.

Terutama para pelanggan setianya selama ini.

Memotong rambut dengan mengenakan APD lengkap dilakoninya sejak pertengahan April. Tepatnya satu minggu sebelum pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap I diberlakukan. Semua itu berawal dari rasa cemas serta ketakutannya akan bahaya Covid-19.

Sebelum memutuskan untuk menjalani pangkas rambut keliling, Suyadi telah mempunyai barbershop yang diberi nama Hair Cut Yadi Kholik. Lokasinya di Jalan Tropodo, Waru, Sidoarjo. Namun sejak pandemi, pemasukannya turun drastis. Bahkan bisa dibilang hingga 99 persen.

Biasanya dalam sehari, Suyadi bisa mendapatkan belasan hingga 20 pelanggan. Namun, korona jenis baru itu mengubah segalanya. Paling banter dia hanya mendapatkan dua pelanggan. Penurunan yang drastis membuat usahanya terancam gulung tikar. Pendapatannya tentu tidak cukup untuk membayar sewa toko.

Belum lagi ketakutan yang terus-menerus menghantuinya. Usianya yang menginjak 50 tahun serta adanya penyakit bawaan membuat Suyadi cemas. Dia waswas bila sewaktu-waktu Covid-19 menyerang dirinya. Apalagi ketika itu, Suyadi mendapat informasi adanya seorang warga di dekat tempat usahanya yang mengidap positif Covid- 19.

Tidak mau tertular, pada akhir Maret, Suyadi terpaksa menutup sementara pangkas rambutnya. ”Sebelum terlambat, lebih baik ditutup saja,” kata pria kelahiran Madiun, 14 Juli 1970, itu.

Selama usahanya ditutup, Suyadi mencari pekerjaan lain. Suyadi bekerja sebagai petugas cleaning service di salah satu hotel di Surabaya. Namun, pekerjaan tersebut tidak bertahan lama. Penurunan omzet membuat beberapa pegawai harus dihentikan. Apalagi, dia hanyalah pekerja lepas. Suyadi menjadi seorang pengangguran. ”Seminggu menjadi pengangguran pusing banget. Dengan tabungan yang semakin menipis, saya khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga,” kata ayah anak dua itu.

Kondisi tersebut membuatnya berpikir keras. Meski tengah terpuruk, dia tidak mau menyerah pada keadaan. Dia harus tetap survive dalam kondisi apa pun.

Untuk mendapatkan solusi yang tepat, Suyadi terpaksa menceritakan kondisinya kepada teman-temannya melalui grup WhatsApp. Dalam chat-nya, Suyadi meminta saran kepada seluruh anggota grup. Apa yang harus dilakukannya di tengah pandemi seperti ini?

Suyadi mengatakan, dirinya masih ingin kembali menjalankan usaha. Tetapi di satu sisi, Suyadi merasa takut jika beraktivitas di luar rumah. Beragam saran dan masukan didapatkan. Mereka meminta Suyadi tak perlu takut dan panik dengan kondisi yang terjadi.

Meski beraktivitas di luar rumah, asal tetap menuruti peraturan kesehatan penanggulangan Covid-19, kondisinya akan baik-baik saja. Mulai selalu mengenakan masker, sarung tangan, hingga sering menggunakan hand sanitizer. Intinya, tubuhnya harus selalu bersih.

”Dari situlah, ide menggunakan APD lengkap saat mencukur rambut muncul. Karena logikanya, kalau mengenakan masker, sarung tangan, dan hand sanitizer, kita aman dari virus korona, apalagi memakai APD lengkap. Pastinya akan jauh lebih aman. Baik untuk saya ataupun orang lain,” ujarnya.

Ide menggunakan APD lengkap kembali dilontarkan ke grup WhatsApp perkumpulan barber. Inovasinya mendapat respons positif dari seluruh anggota. Walaupun ada yang mengatakan apa yang dilakukannya berlebihan. Sebab, memakai APD saat beraktivitas di luar rumah pastinya sangatlah melelahkan.

Selain dapat membatasi pergerakan, menggunakan APD seperti baju hazmat bisa menguras tenaga. Apalagi kondisi Surabaya memasuki musim kemarau. Pastinya menggunakan hazmat sangat menguras keringat.

Meski demikian, Suyadi harus tetap hidup. Dengan mengenakan APD lengkap, Suyadi berkeliling di sekitar tempat tinggalnya. Antara lain, Jalan Kutisari, Jalan Siwalankerto, Jalan Kedangsari, dan seputar tempat tinggalnya. Menggunakan sepeda motor, satu per satu wilayah tersebut ditelusurinya. Penampilan nyentriknya berhasil mencuri perhatian banyak orang.

Penampilan tersebut membuat warga menilai Suyadi merupakan petugas medis. Yakni, kedatangannya untuk mengevakuasi warga yang mengidap virus korona. Awalnya, warga terlihat bingung. Mereka memilih untuk menghindar.

Tetapi setelah dijelaskan bahwa dirinya adalah seorang tukang pangkas rambut, sikap mereka mencair. Apalagi saat mereka tahu bahwa sosok di balik baju hazmat itu Suyadi. Ya, Suyadi mengaku telah mempunyai banyak pelanggan tetap di sekitar tempat tinggalnya.

”Akhirnya untuk memberitahukan saya adalah tukang cukur, saya pun membawa tulisan menerima jasa potong rambut,” ucapnya.

Memotong rambut dengan mengenakan APD lengkap mempunyai sensasi tersendiri. Selain menguras keringat, pergerakan Suyadi tidak bisa seluwes seperti biasanya. Saat menggunting rambut misalnya. Licinnya sarung tangan sering membuat rambut yang digenggamnya terlepas.

Kemudian, Suyadi harus ekstrahati-hati dalam memotong. Jangan sampai sarung tangan yang dipakai ikut tergunting. ”Karena kalau sudah sobek, sarung tangan harus diganti yang baru. Dan mengeluarkan biaya lagi,” ujarnya.

Baginya, kebersihan nomor satu. Jadi tidak heran, kalau sebelum beraktivitas, semua peralatan potong rambut dibersihkan dahulu. Mulai pembersihan debu hingga penyemprotan disinfektan. Dengan demikian, peralatan tersebut tidak hanya bersih, tetapi juga tetap steril. ”Begitu juga tempat duduk pelanggan. Setiap selesai potong, selalu disemprot hand sanitizer atau disinfektan. Sehingga tetap steril,” ujarnya.

Biasanya sekali potong rambut, pelanggan harus membayar Rp 12 ribu−Rp 15 ribu. Namun, sekarang dia tak mematok tarif. Pelanggan cukup membayar seikhlasnya.

Selain kerja keras, keberhasilannya didapat atas bantuan teman yang juga sama-sama tukang pangkas rambut. Terutama bantuan dari temannya bernama Dhimas Rismadhana Putra.

Dhimas membantu mempromosikan pangkas rambut Suyadi. Dhimas berinisiatif membuatkan video dokumenter terkait aktivitas Suyadi memotong rambut dengan menggunakan APD lengkap.