BUALBUAL.com - Banyak masyarakat Ibu kota yang tidak tau asal muasal Nama 'Tembilahan' yang kini menjadi nama ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir. Menurut cerita masyarakat Tembilahan yang berkembang, Pada zaman dahulu sepasang suami-istri yang berketurunan india atau disebut juga dengan istilah orang tambi. Pasangan suami- istri ini mengembara untuk mencari tempat penghidupan baru. Akhirnya sampailah mereka pada suatu daerah yang belum ada penghuninya. Daerah itu masih berupa hutan belantara dan di dalamnya banyak ditemukan binatang buas seperti harimau, ular, buaya, dan lain-lainnya. Mengingat letaknya yang strategis yaitu tepi sungai akhirnya mereka memutuskan utnuk menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tinggal. Mulailah mereka menebang pohon dan mencari atap nipah, mereka akan mendirikan pondok kecil di tepi sungai. Dengan penuh kesabaran mereka juga merintis hutan belantara untuk dijadikan perkebunan. Tentu saja hasil dari perkebunan tersebut untuk menyambung hidup mereka dan mulailah orang - orang berdatangan untuk membeli hasil kebun tersebut.diantara pembeli itu bahkan ada yang membuat pondok dan tinggal di sana sehingga daerah tempat pasangan Tambi itu tinggal di sana sehingga daerah tempat pasangan Tambi itu tinggal menjadi sebuah perkampungan kecil. Melihat orang mulai ramai , timbul keinginan pasangan itu untuk membuka warung kopi , apa lagi pekerjaan sebagai pedangang minuman dan makanan selalu identitas dengan pekerjaan yang dilakukan oleh orang keturunan india. Pada suatu malam, di pondok mereka terletak di tepi sungai indragiri , pasangan itu sibuk menyiapkan makanan dan minuman yang akan mereka jual pada pagi hari. disamping menjual minuman kopi, mereka juga menjual roti khas india yaitu roti canai. Semanjak hari itu pasangan tersebut sibuk dengan warung kopinya. Pada malam hari mereka sibuk menyiapkan roti canai dan paginya sibuk melayani orang yang membeli. Minggu- minggu pertama jualan mereka belum lah laris bahkan lebih banyak ruginya. Mereka tidak putus asa. Menurutmereka untung dan rugi dalam berjualan merupakan hal yang biasa terjadi. Kembali lagi mereka menunjukkan keturunan dan keuletan seperti yang mereka tunjukan ketika mereka merintiskan hutan belantara untuk dijadikan perkebunan. Mereka selalu memperbaiki apa yang kurang pada makan dan minuman yang mereka jual. Lama kelamaan kerja keras tersbut membuahkan hasil. orang mulai ramai mengunjungi kedai minuman mereka. Perlahan berita mulai menyebar dari mulut ke mulut mengenai kedai Tamibi berikut kelezatan kopi dan roti canainya, sehingga semakin banyaklah orang - orang yang datang dan berbelanja di kedai itu. Umumnya mereka adalah orang yang berlayar dari kerajaan indragiri menuju ke beberapa kampung di sapat dan lainnya. Para pelayar yang datang dari indragiri itu berkata kepada teman- temannya. "Moh kita singgah di kedai kopi untuk beristirahat sejenak sebelum menurskan perjalanan." "apa nama kedai kopinya?" Tanya yang lain. "kedai kopi. apa ya ? yang ditanya juga bertanya sambil menggarukkan kepala dan berpikir tentang nama kedai kopi itu. Tiba - tiba orang itu teringat , dulu ketika dia singgah dan minum kopi itu, pasanagan tambi bercerita bahwa mereka orang pertama yang membuka lahan di kampung tersebut. Lama kelamaaan terkenalah kedai kopi yang dibuka pasangan Tambi tersebut dengan kedai kopi tambilahan yang artinya orang pertama membuka lahan di daerah tersebut. Tidak jauh perkampungan tersebut ada sebuah kampung tua yang cukup terkenal yang bernama kampung sapat . Dan di kampung inilah tinggal seorang tokoh ulama yang kharismatik yang sangat terkenal kealiman, kebijaksanaan dan kedermawannya. Beliau sering dimintai pendapatnya dalam berbagai hal. Disamping itu, beliau juga sangat ramah kepada seluruh tamu - tamu - tamu yang datang untuk berjumpa dan berguru kepadanya. Nama ulama tersebut adalahTuan Guru Syekh Abdurrahaman shidiq al - Banjari. Seorang ulama agung yang memangku jabatan sebagai Muti kesultanan indragiri selama 27 tahun(1326-1354 H/1909-1936)
Jl. M. Boya Tembilahan/Foto: detikriau.org |