PILIHAN
Dogeng Kelasik Melayu Gajah Mina Yang Hidup
bualbual.com, Dari masa ke masa, dongeng Gajah Mina telah hidup dalam budaya lisan orang melayu di Daik Lingga. Gajah Mina atau lebih fasih dilafalkan Gajah Mine dalam dialeg melayu ini menjadi dongeng pengantar tidur. Ada juga yang menyebutnya sebagai Gajah Laut. Gajah Mina ini hidup dalam tutur lisan tetua melayu.
Sulaiman Atan, 65 Tahun masih ingat betul. Saat masih kecil kata kakek 8 orang cucu ini, selalu diceritakan dongeng tersebut oleh neneknya.
“Gajah Mine hewan laut yang bertubuh besar. Separuh Gajah, separuh ikan. Ia nya penunggu laut. Hidup di dalam laut,” turur pria yang akrab disapa Paklong Leman ini.
“Masa kecil dulu, Paklong selalu diceritakan dongeng ini oleh nenek. Pada bulan purnama, Gajah Mine akan naik ke darat memakan daun pandan berduri. Itulah makanannya,” tambah Paklong.
Karena tau hanya dongeng, Paklong tak mempersoalkan cerita tersebut. Sampai pada tanggal 13 Januari 2005 silam. Ketika warga di pantai Dungun, kecamatan Lingga Utara dibuat geger oleh tumuan sesosok binatang laut yang mati terdampar. Tepatnya dua pekan pasca bencana besar Tsunami di Aceh Tahun 2004.
Umar Sanen warga Dungun yang pertama kali menemukan hewan laut tersebut. Hewan misterius yang belum pernah sama sekali dilihat oleh warga nelayan. Bentuknya aneh. Pada bagian muka terdapat belalai dan tubuh diselimuti bulu. Warga menduga, sosok yang terdampar mati tersebut ialah Gajah Mina.
“Waktu ditemukan sudah mati. Membusuk. Anehnya tidak ada hewan pemakan bangkai atau lalatpun yang hinggap. Warga menduga, inilah sosok Gajah Mina,” lanjut Paklong.
Setelah diukur Gajah Mina tersebut memiliki panjangnya 12,40 Meter, dengan ekor 1,80 Meter. Tulang dibagian depan muka yang disebut gading atau taring berukuran 2,40 Meter. Kulitnya 10 Centimeter, panjang Sirip bawah 78 Centimeter dan lebarnya 47 Centimeter.
“Keluarga Pak Umar yang ikut mengumpulkan tulang belulangnya. Setahun setelah itu tepatnya 6 Januari 2006 setelah habis daging yang membusuk tulang belulangnya dibawa ke Museum Mini Linggam Cahaya Daik. Disimpan untuk dipamerkan,” jelas Paklong.
Selain untuk dipamerkan, tulang belulang hewan laut yang dipercaya Gajah Mina tersebut juga diamankan untuk keperluan identifiikasi oleh para ahli. Pemerintah telah meminta bantuan para pakar. Sayang sampai saat ini belum ada hasil ilmiah mengenai hewan langka tersebut.
Kini, tulang belulang tersebut tersimpan rapi dilantai 2 Museum Lingga Cahaya komplek Istana Damnah. Dipajang dalam sebuah lemari kaca yang diletakkan dipojok bagian depan museum.
“Nak dikatekan dongeng, tapi ada wujudnya. Tapi bagaimanapun kami menunggu hasil penelitian dari para ahli dan pakar lah apa sebenarnya mahluk ini,” lanjut Paklong lagi.
Selain di perairan Lingga kepulauan Riau, warga Natuna beberapa kali juga mendapati hewan yang diduga Gajah Mina. Meski belum ada hasil ilmiah, namun warga meyakini sosok hewan laut tersebut adalah Gajah Mine yang selalu diceritakan orang-orang tua.
Selain dalam budaya Melayu, dibeberapa daerah seperti Bali juga mengenal Gajah Mina. Kata Mina sendiri berarti Ikan sama halnya di Jawa. Ada juga yang mengartikan kata Mina berarti Ikan Paus, Pelabuhan, Burung. Dalam Belanda kata Mina berati Yang Suka Melindungi, Polandia Pelindung Yang Pasti, Jerman mengartikan Cinta, dalam bahasa Jepang Mina diartikan Selatan.
Dalam mitologi Bali, Gajah Mina adalah kombinasi dari hewan Gajah dan Ikan mahluk purba sejenis ikan berkepala gajah. Hal ini dicatat dalam lontar yama tattwa dipakai oleng wangsa wesia sebagai petulangan dalam upacara ngaben.
Gajah Mina termasuk salah satu dari 7 mahluk mitologi dalam kepercayaan hindu yang juga disebut Makara. Berwujud seperti ikan berkepala gajah tersebut juga sering dilukiskan atau dipahatkan pada candi sebagai hiasan kekarangan dalam arsitektur pura yang memiliki sejarah arkeologis.
Sedangkan dalam mitologi orang Melayu, ada yang menyebutkan Gajah Mina sebagai penjaga laut. Ia hidup dan mendiami pulau Pandan sebagai penjaga lautan. Di Lingga memang ada sebuah Pulau yang diberi nama Pulau Pandan. Bahkan cukup populer dalam bait pantun melayu kelasik. Kisah Pulau Pandan berhubungan erat dengan patahnya salah satu puncak Gunung Daik. Cindai menangis. Menurut orang Daik, patahnya puncak Gunung yang terguling kelaut itulah menjadi Pulau Pandan.
Pulau tersebut terletak disebelah selatan pulau Lingga. Berukuran kecil dan tidak berpenghuni. Karena letaknya ditengah-tengah laut, jalur ini juga menjadi perlintasan fery dan kapal. Mereka yang pernah sampai ke Lingga tentu tak asing dengan nama Pulau Pandan tersebut. Namun soal mitos Gajah Mina yang hidup di Pulau Pandan, dan hidupnya dongeng Melayu ini biarlah menjadi rahasia Sang Khalik. Wallahualam.(plc)
Naskah Hasbi Muhammad
Berita Lainnya
Untuk Tangani Kebakaran Hutan, Pemerintah Kucurkan Dana Rp 3 Triliun
Mulai Agustus,Dinkes Inhil Akan Lakukan Imunisasi Maeses Rubella
Begini Penyebabnya, Pegasus Pekanbaru Tetap di Segel Permanen Meski Punya Berizin
Pengamat Apresiasi Pencegahan Dini Covid-19 yang Dilakukan Gubri
Kinerja Camat Tanah Putih Rohil, Dinilai Kurang Memuaskan
Denny JA: Dukungan Abdul Somad ke 02 Prabowo-Sandi Too Little Too Late
Kapolda Metro Irjend Gatot Eddy Disepakati Jadi Ketum PMRJ
Penolakan Usai Salat Jumat, Djarot Sesalkan Politisasi Masjid
Sempat Ada Teror Bom Dekat Kiev, Jelang Final Liga Champions Real Madrid vs Liverpool
Peringati Hari Pramuka Ke – 57, Kwarcab Pramuka Inhil Gelar Apel
Senakalnya Kader PKB Tidak Kebangetan, Paling Nakal Nikah Siri, Kata Cak Imin
Tiga Ruko di Desa Bukit Sembilan Kampar, Ludes Terbakar saat Berbuka Puasa