Bukti Memperlihatkan, Angka Kematian akibat Corona New York Luar Biasa Berujung Kuburan Massal

BUALBUAL.com - Foto drone memperlihatkan para pekerja memakamkan sejumlah jenazah di kuburan massal di Pulau Hart, sebelah timur Kota New York, Jumat (09/04), eiring dengan melonjaknya angka kematian di tengah wabah virus corona.
Pemerintah Kota New York mulai memakamkan jenazah di kuburan massal seiring dengan melonjaknya angka kematian di tengah wabah virus corona.
Selama beberapa hari terakhir jumlah orang yang meninggal terus mencatat rekor. Pada Kamis (09/04) saja, Negara Bagian New York melaporkan sebanyak hampir 800 orang wafat dalam 24 jam.
Hingga Jumat (10/04) pukul 10.45 WIB, terdapat 7.067 orang meninggal dunia di negara bagian tersebut akibat Covid-19. Angka ini hampir mencapai setengah dari total kematian akibat virus corona di Amerika Serikat.
Untuk menguburkan sebagian jenazah, pemerintah setempat membuat kuburan massal dengan memakai jasa pekerja kontrak.
Mereka dikerahkan ke Pulau Hart, di sebelah timur Distrik Bronx, Kota New York, yang hanya dapat dicapai menggunakan kapal.
Sejak abad ke-19, pulau tersebut dipakai pemerintah kota untuk menguburkan jenazah yang tidak memiliki keluarga atau jenazah yang keluarganya tidak mampu mengadakan pemakaman.
Reuters
Sejak abad ke-19, Pulau Hart dipakai pemerintah kota New York untuk menguburkan jenazah yang tidak memiliki keluarga atau jenazah yang keluarganya tidak mampu mengadakan pemakaman.
Reuters
Peti-peti jenazah dikuburkan secara massal ke dalam makam berbentuk parit memanjang yang digali oleh alat-alat berat.
Menurut Jason Kersten, selaku juru bicara Departemen Pemasyarakatan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pemakaman, biasanya terdapat 24 jenazah yang dikuburkan di Pulau Hart dalam sehari, lima hari sepekan.
Sebelum dimakamkan, para jenazah dibungkus di dalam kantung dan ditempatkan di dalam peti. Nama mendiang dituliskan dalam huruf besar di setiap peti, sehingga memudahkan jika di kemudian hari hendak diangkut.
Peti-peti itu lantas dikuburkan ke dalam makam berbentuk parit memanjang yang digali oleh alat-alat berat.
"Mereka menambahkan dua parit baru jika kami memerlukannya," kata Kersten kepada kantor berita Reuters.
Reuters
Reuters
Saat angka kematian belum melonjak, Departemen Pemasyarakatan memerintahkan sejumlah narapidana untuk menguburkan para jenazah. Namun, ketika wabah virus corona semakin banyak memakan korban, pihak berwenang menggunakan jasa pekerja kontrak.
"Untuk alasan menjaga jarak sosial dan keamanan, para narapidana tidak membantu pemakaman selama pandemi," kata Kersten.
Pada Kamis (09/04), sebuah kapal kargo terlihat mengangkut sebuah truk berpendingin yang membawa sekitar 24 jenazah.
Reuters
Para pekerja yang bertugas menguburkan jenazah-jenazah di Pulau Hart tiba di Kota New York menggunakan kapal feri setelah bekerja.
Aja Worthy-Davis, juru bicara Lembaga Pemeriksa Medis (OCME), mengaku perlu waktu untuk merinci penyebab kematian semua jenazah. Namun, dia tidak menampik bahwa sebagian jasad kemungkinan merupakan korban virus corona.
Baik Worthy-Davis maupun Kersten mengatakan Pulau Hart dapat dipakai sebagai lokasi pemulasaraan sementara jika jumlah kematian di New York melampaui kapasitas kamar jenazah kota tersebut.
"Kami berharap hal itu jangan terjadi. Namun, kami sudah siap jika itu terjadi," kata Kersten.
Menurut Worthy-Davis, pihaknya bisa menampung 800 sampai 900 jenazah. OCME juga dapat menampung 4.000 jasad di dalam 40 truk berpendingin yang dapat dikirim ke berbagai rumah sakit.
Reuters
Pulau Hart dapat dipakai sebagai lokasi pemulasaraan sementara jika jumlah kematian di New York melampaui kapasitas kamar jenazah kota tersebut.
Berita Lainnya
Ibadah Haji 2020 Tetap Dilaksanakan, Kabar Baik dari Arab Saudi, Lockdown Mulai Dilonggarkan
Masjid Al-Aqsa Yerusalem akan Dibuka 31 Mei
Sedih! Dilema Petugas Medis Saat Pandemi Corona "Kami Dilatih untuk Menghadapi Kematian"
Lahir Ditengah Wabah, Dua Bayi Kembar Diberi Nama Corona dan Covid
Ilmuwan Negara Italia Klaim Temukan Vaksin Corona Pertama di Dunia
Mengejutkan Ayatollah Khamenei, Inggris Hancurkan Palestina
Abadikan Momen Bahagia, Seorang Kakek Berusia 101 Tahun Ini Selamat dari Virus Korona
Wabah COVID-19 Belum Selesai, Kini WHO Temukan Kasus Baru Virus Ebola
Ditengah Wabah Corona Takut Terjadi Kiamat, Pria Ini Kembalikan 'Artefak' yang Dicuri 15 Tahun Lalu
58 Jemaah RI Umrah Pulang 9 April, Sempat Tertahan Akibat Saudi Lockdown
Pasien Malah Kena Serangan Jantung, Obat Corona Presiden Donald Trump Gagal
Terkait Virus Corona, WHO Tegaskan Bukan Rekayasa Manusia