PILIHAN
Melihat Jejak Kesultanan johor di Riau
Bualbual. com, Kejayaan Kesultanan Johor di masa lampau dapat kita temukan di Kesultanan Pelalawan, tepian Sungai Kampar, Riau.
Konflik dengan Sultan Siak Sri Indrapura yang juga merupakan juga keturunan Sultan Johor mewarnai perkembangan Kerajaan Pelalawan.
Berakhir menjadi bagian dari Kerajaan Siak Sri Indrapura, peninggalan Kerajaan Pelalawan masih dapat kita temukan, meskipun sebagian bukan dalam bentuk aslinya.
Kesultanan Johor merupakan pusat kejayaan imperium Melayu setelah takluknya Kesultanan Malaka tahun 1511 oleh Kolonial Portugis.
Saat ini, bekas wilayah kekuasaan Johor terbagi di tiga negara yakni Malaysia (Johor, Pahang, dan Selangor), Indonesia (Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Sumatera Utara bagian timur) dan Singapura.
Kesultanan Pelalawan merupakan salah satu daerah jajahan Johor yang berada di hilir Sungai Kampar Provinsi Riau yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi sekitar 1,5 jam dari Pekanbaru.
Konflik perebutan kekuasaan Kesultanan Johor pada tahun 1722 mengakibatkan pewaris tahta yang sah yakni Raja Kecil melarikan diri ke bekas jajahan Johor yakni Siak dan mendirikan kerajaan baru yang dikenal Siak Sri Indrapura.
Dikarenakan Raja Kesultanan Johor bukan pewaris tahta yang sah, maka Raja Pelalawan saat itu, Maharaja Lela II memutuskan memisahkan diri dari Johor.
Wilayah kekuasaan Pelalawan ini kelak dituntut oleh Sultan Syarif Ali keturunan Raja Kecil yang berkuasa di Siak Sri Indrapura, karena dianggap masih bagian bekas kekuasaan Johor.
Keinginan tersebut ditolak oleh Maharaja Lela II sehingga Siak Sri Indrapura menyerang Pelalawan pada tahun 1797 dan 1798 yang berakhir pada kekalahan Pelalawan.
Sultan Syarif Ali mengangkat adiknya Sayid Abdurrahman sebagai raja Pelalawan sedangkan Maharaja Lela II dinobatkan sebagai "Orang Besar" Kerajaan Pelalawan karena dianggap masih keturunan Kesultanan Johor.
Sisa perjuangan Pelalawan terhadap Siak Sri Indrapura masih dapat kita temukan dekat Istana Pelalawan yakni sebagian meriam dan kediaman Panglima Perang Kudin yang gugur dalam perang tersebut.
Komplek Istana Pelalawan terdiri dari tiga bagunan yakni bangunan utama atau Istana Sayap sebagai tempat kediaman raja berserta keluarga, ruangan penghadapan dan anjungan perlengkapan kerajaan.
Di samping Istana Sayap terdapat dua bangunan pelengkap yakni Balai Sayap Hulu sebagai kantor raja dan Balai Sayap Hilir sebagai tempat penghadapan rakyat Pelalawan.
Kebakaran hebat tahun 2012 hanya menyisakan Balai Sayap Hulu, sedangkan Istana Sayap saat ini merupakan bangunan baru.
Di dekat Istana Sayap terdapat Masjid Hibbah yang dibangun tahun 1936 pada masa pemerintahan Tengkoe Said Oesman yang berkuasan tahun 1930-1941.
Hibbah merupakan makna dari kerja iklas dan semangat gotong royong rakyat Pelalawan untuk membangun masjid besar.
Kekuasaan Sultan Pelalawan berakhir tahun 1946 setelah Raja terakhir Sultan Tengku Sayid bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.**
Berita Lainnya
Dandim 0314 Inhil Menghadiri Acara Pisah Sambut Kapolres
Januari 2020, Daftar Lengkap Harga HP, Seri Redmi Diskon hingga Rp 500 Ribu, Cek di Sini
Fitra Riau: Bandingkan dengan Kondisi Irigasi di Kampar "Pemprov Riau Bangun Gedung Instansi Vertikal"
100 Warga Binaan Rutan Siak Dipindahkan ke Pasirpengaraian
45 Personil Kodim 0314 Inhil Turun ke Lokasi Untuk Pemadamkan 5 Titik Api di Kelurahan Pangkalan Tujuh
Begini Motif Video Panas PNS Cantik Pemprov Jabar Viral di WhatsApp
Pasca Ditemukannya Cacing, BPOM Akan Berikan Sangsi Importir Sarden Kalengan
Pemda Inhil: Luhut Binsar Panjaitan Janji akan Perhatikan Potensi Industri Hilir Kelapa Inhil
Kadis PMD: Kades dan Lurah di Bengkalis Diminta Imbau Warganya Patuhi Maklumat Kapolri Tentang Covid-19
Pemilu Tahun 2019, Jumlah Pemilih Milenial Mencapai 40 Persen
Jajaran Birokrasi Inhil Berduka, Camat Reteh Meninggal Dunia
BUAL Kapolres Bengkalis: Narkoba Musuh Kita Bersama 11,8 Kg Sabu dan 24 Ribu Pil Ekstasi Dimusnahkan