PILIHAN
Mirip Puisi "Kasihan Bangsa" Karya Kahlil Gibran, Mengambarkan Keadaan Indonesia Saat Ini

BUALBUAL.com, Keadaan Indonesia saat ini mirip dengan apa yang dituturkan penyair Kahlil Gibran dalam puisinya berjudul "Bangsa Kasihan".
Begitu disampaikan mantan komisioner KPK yang saat ini aktif sebagai anggota di Gerakan Kebangkitan Indonesia (GKI), Taufiequrachman Ruki, dalam sambutannya di acara bedah buku berjudul "Mengapa Kita Harus Kembali ke UUD 45" di Djakarta Theatre Ball Room, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2019).
Bedah buku menghadirkan pembicara analis ekonomi politik Salamuddin Daeng, aktivis M. Hatta Taliwang, Haris Rusli Moti, dan Edwin Sukowati.
Ruki mengatakan keadaan Indonesia sekarang ini sudah tidak sesuai dengan dasar negara yang dibuat oleh para founding fathers.
Awalnya Ruki mengaku tidak mengerti dengan puisi Kahlil Gibran tersebut. Ia bertanya kepada audience mengapa puisi yang ditulis penyair kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883 itu sangat mirip dengan keadaan Indonesia saat ini.
"Yang saya tidak tahu dia terinspirasi dari mana. Kok puisinya mirip dengan keadaan bangsa kita sekarang," ujar Ruki.
Setalah itu Ruki pun membacakan puisi tersebut. Berikut puisi "Kasihan Bangsa" yang dibacakan Ruki:
Kasihan bangsa
yang mengenakan pakaian
yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum
yang tidak ia panen,
dan meminum susu
yang ia tidak memerasnya.
Kasihan bangsa
yang menjadikan orang dungu
sebagai pahlawan
dan menganggap penindasan penjajah
sebagai hadiah.
Kasihan bangsa
yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya
ketika tidur,
sementara menyerah padanya
ketika bangun.
Kasihan bangsa
yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan
di atas kuburan,
tidak sesumbar
kecuali di reruntuhan,
dan tidak memberontak
kecuali ketika lehernya sudah berada
di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa
yang negarawannya serigal,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa
yang menyambut penguasa barunya
dengan terompet kehormatan,
Namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk manyambut penguasa baru lain,
dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa
yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu,
dan orang kuatnya masih dalam gendongan
Kasihan bangsa
yang terpecah-pecah,
dan masing-masing pecahan,
Menganggap dirinya sebagai bangsa.
Editor : Ucu
Sumber : RMOL.co
Berita Lainnya
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Rawat Mahasiswa Asal Malaysia Suspect Corona
Malam Pergantian Tahun 2018/2019, Bupati Inhil Ajak Masyarakat Introspeksi Diri
Tolak Pembangunan TPS Milik RSJ Tampan, Warga Akan Lakukan Pemblokiran
Bupati Wardan: Ucapkan Selamat Kepada M. Syafii Ketua Hippmih Terpilih Priode 2016-2018
Dipecat Karena Narkoba, Kini Eks Polisi Ditangkap Kembali Karena Kasus yang Sama
Susunan Fraksi Di DPRD Kabupaten Inhil Sudah Terbentuk
Kacau, Hakim Wanita Pengadilan Agama Ketangkap Basah dengan ”Suami Keduanya” di Hotel Bukittinggi
Bawaslu Riau: Jika tak ingin ada Masalah, Kampanye Akbar Jangan Melibatkan Anak-anak
Abdul Wahid: Penopang Utama Kekokohan NKRI Adalah Pesantren
Reki Ditemukan Tewas di Danau Rusa, Selamatkan Adik yang Tenggelam
Deklarasi Anti Hoax, Kapolres Inhil Ajak Masyarakat Agar Bijak dan Santun Menggunakan Medsos