Dari Penolakan hingga Pengakuan, Inilah Perjalanan Penemuan Cuci Tangan oleh Ignaz Semmelweis
.jpeg)
BUALBUAL.com - Pada zaman sekarang, mencuci tangan dengan sabun telah menjadi kebiasaan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan, baik di rumah, di tempat kerja, maupun di fasilitas kesehatan.
Bahkan, kebiasaan ini menjadi salah satu langkah utama dalam pencegahan penyakit menular, terutama dalam situasi krisis kesehatan global seperti pandemi COVID-19.
Namun, kebiasaan sederhana ini memiliki sejarah yang panjang dan penuh perjuangan untuk diterima secara luas. Salah satu tokoh utama di balik penemuan penting ini adalah Ignaz Semmelweis, seorang dokter asal Hungaria yang dikenal sebagai "Bapak Cuci Tangan."
Penemuan Semmelweis di Rumah Sakit Wina
Pada tahun 1847, Ignaz Semmelweis bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Umum Wina, Austria. Saat itu, rumah sakit ini memiliki dua bangsal persalinan: satu untuk para ibu yang ditangani oleh dokter dan mahasiswa kedokteran, sementara yang lainnya ditangani oleh bidan. Semmelweis mulai memperhatikan adanya angka kematian ibu yang sangat tinggi akibat demam puerperal atau demam setelah melahirkan. Penyakit ini sangat mematikan dan menyebabkan banyak ibu meninggal dalam beberapa hari setelah melahirkan.
Semmelweis terkejut karena meskipun para ibu yang melahirkan di kedua bangsal tersebut memiliki kondisi yang serupa, tingkat kematian ibu di bangsal yang ditangani oleh dokter dan mahasiswa jauh lebih tinggi daripada di bangsal yang ditangani oleh bidan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar dalam benaknya. Mengapa ada perbedaan yang begitu mencolok, meskipun para ibu di kedua bangsal tersebut memiliki kondisi medis yang sama?
Penemuan yang Mengubah Dunia
Semmelweis mulai melakukan investigasi lebih dalam untuk mencari tahu penyebab tingginya angka kematian ibu tersebut. Melalui pengamatan dan eksperimen, ia menemukan fakta mengejutkan: banyak dokter dan mahasiswa kedokteran yang, setelah melakukan otopsi pada tubuh pasien yang meninggal, langsung pergi ke ruang persalinan untuk menangani ibu yang sedang melahirkan tanpa mencuci tangan mereka terlebih dahulu. Hal ini diduga menjadi penyebab utama penularan infeksi yang fatal pada ibu hamil.
Semmelweis kemudian melakukan eksperimen dengan mewajibkan para tenaga medis untuk mencuci tangan mereka menggunakan larutan klorin yang mengandung antiseptik sebelum melakukan pemeriksaan pada pasien. Setelah menerapkan prosedur ini, angka kematian ibu di bangsal yang sebelumnya ditangani oleh dokter dan mahasiswa mengalami penurunan yang sangat signifikan. Semmelweis pun percaya bahwa kebersihan tangan adalah faktor kunci dalam mencegah penyebaran infeksi.
Namun, penemuan ini tidak diterima dengan mudah oleh rekan-rekan medisnya. Pada masa itu, ilmu pengetahuan tentang bakteri dan mikroorganisme belum berkembang pesat. Konsep bahwa penyakit bisa disebabkan oleh "partikel kecil yang tidak terlihat" dianggap aneh dan tidak masuk akal. Semmelweis pun mengalami banyak penolakan dan bahkan cemoohan dari kalangan medis, yang merasa bahwa praktik cuci tangan yang diusulkannya tidak berbasis pada pemahaman ilmiah yang kuat.
Penolakan dan Pengabaian Penemuan Semmelweis
Sayangnya, meskipun Semmelweis berhasil menurunkan angka kematian ibu dengan metode cuci tangan yang sederhana, penemuannya tidak diterima secara luas pada zamannya. Banyak dokter yang menolak untuk mengikuti praktik baru ini, dan ada pula yang menganggapnya sebagai hal yang tidak ilmiah. Bahkan, penolakan ini semakin parah ketika Semmelweis dipindahkan ke rumah sakit lain, dan hasil positif yang sama tidak dapat dia terapkan dengan mudah.
Pada tahun 1865, setelah mengalami kesulitan yang terus-menerus dan dianggap gila oleh koleganya, Semmelweis menderita gangguan mental dan akhirnya meninggal di rumah sakit jiwa pada usia 47 tahun. Meskipun demikian, ia tidak pernah mendapatkan pengakuan yang layak atas penemuan penting yang telah disumbangkannya untuk dunia medis.
Pemahaman Ilmiah yang Tertunda
Baru beberapa dekade setelah kematian Semmelweis, ketika penemuan tentang mikroorganisme dan bakteri mulai berkembang pesat, konsep bahwa kuman dan infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tangan yang terkontaminasi diterima secara luas. Ilmuwan seperti Louis Pasteur dan Robert Koch, yang mengembangkan teori kuman penyakit, membuka jalan bagi penerimaan luas terhadap praktik kebersihan yang lebih ketat dalam dunia medis.
Pada akhirnya, pada abad ke-20, pemahaman tentang mikroorganisme dan infeksi yang lebih baik mengonfirmasi kebenaran temuan Semmelweis. Masyarakat medis akhirnya mengakui peran cuci tangan dalam pencegahan penyakit, yang pada akhirnya menjadi prosedur standar di rumah sakit dan fasilitas kesehatan di seluruh dunia.
Pengaruh yang Tak Tergantikan
Walaupun Ignaz Semmelweis tidak hidup untuk melihat dunia medis mengakui penemuannya, warisannya tetap bertahan hingga hari ini. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir menjadi langkah dasar dalam pencegahan infeksi dan penyebaran penyakit, terutama di rumah sakit, klinik, dan fasilitas kesehatan lainnya. Praktik ini telah menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia, dan kini dianggap sebagai salah satu tindakan pencegahan kesehatan paling sederhana namun paling efektif.
Semmelweis tidak hanya menyelamatkan nyawa ibu hamil pada masanya, tetapi juga mengubah pandangan dunia medis tentang pentingnya kebersihan dan pencegahan penyakit. Penerapan cuci tangan telah menjadi simbol kemajuan dalam dunia kesehatan dan kebersihan masyarakat.
Meskipun diabaikan dan disalahpahami pada zamannya, penemuan Semmelweis menjadi landasan penting dalam pengembangan konsep higiene modern. Hingga saat ini, setiap kali kita mencuci tangan untuk menjaga kesehatan, kita mengenang jasa besar seorang dokter yang berjuang untuk menyelamatkan nyawa dengan cara yang sederhana namun revolusioner. (Berbagaisumber)
Semoga berita ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang siapa Ignaz Semmelweis dan bagaimana kontribusinya dalam penemuan cuci tangan yang kini menjadi bagian penting dari kehidupan kita sehari-hari.
Berita Lainnya
8 Pegawai Bank Riau Kepri Positif Covid-19, Satgas Sarankan WFH
Bulan Kesadaran Katarak, Yuk Kita Kenali Penyebab dan Pencegahannya
Analisis Data Stunting Kecamatan Concong Luar Tahun 2022-2024
Dinkes Inhil: Pentingnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas Bagi Anak di Usia Pendidikan Dasar
Pemkab Inhu Serius Tangani Angka Penurunan Stunting dan lakukan Rembuk Stunting 2022
Rakyat Harus Tahu! Iuran BPJS Kesehatan Batal Naik Mulai 1 April 2020
Meskipun Tidak Ditemukan Zat Berbahaya, Dinkes Inhil Minta Warga Tetap Kenali Ciri-ciri Takjil Mengandung Bahan Berbahaya
Berjalan Sukses, Melenial Dan DPW PAN Riau Gelar 1000 Vaksinasi
Update Covid-19 Riau: 118 Kasus Positif, 11 Di Rawat, 101 Sembuh
8 Pegawai Bank Riau Kepri Positif Covid-19, Satgas Sarankan WFH
Takut Langgar Aturan, Dokter Tim Covid RSUD Rohul Pertanyakan Juknis Pemberian Insentif
Kepala Cabang BPJS Kesehatan Rengat Tetap Layani Peserta JKN Selama Libur Lebaran