Kenapa Tunjuk Ajar Melayu Dianggap Warisan Tak Benda yang Berharga?

BUALBUAL.com - Di sebuah rumah panggung di tepian Sungai Siak, suara seorang nenek mengalun pelan. Ia menuturkan kisah lama kepada cucunya yang duduk bersila, memandang penuh takzim. Kisah itu bukan dongeng biasa—ia sarat makna, penuh nasihat, dan berakar pada sesuatu yang lebih besar dari sekadar cerita sebelum tidur. Itulah Tunjuk Ajar Melayu, warisan tutur yang menjadi nadi kehidupan masyarakat Melayu sejak ratusan tahun lalu.
Hari ini, di tengah hiruk-pikuk zaman digital, nilai-nilai dari Tunjuk Ajar Melayu tetap hidup. Ia tidak berteriak, tidak menggurui—namun hadir lembut, membimbing dengan bijak, memberi arah tanpa paksaan.
Bukan Sekadar Nasihat
Tunjuk Ajar Melayu bukanlah sekadar petuah kosong. Ia adalah filosofi hidup. Di dalamnya termuat 25 pokok pikiran utama, seperti Tahu Diri, Tahu Membalas Budi, Hidup Memegang Amanah, hingga Tahu Akan Bodoh Diri—sebuah bentuk kerendahan hati yang kini mulai hilang di tengah budaya instan.
“Dalam adat Melayu, hidup itu berpakaian. Tapi bukan hanya tubuh, hati juga harus berpakaian. Tunjuk Ajar Melayu adalah pakaiannya,” ungkap seorang tokoh adat di Kabupaten Kampar, Riau.
Fungsi yang Menjaga Martabat
Bagi masyarakat Melayu, Tunjuk Ajar memiliki fungsi yang dalam. Ia adalah pegangan, rumah, pakaian, tulang, amalan, bahkan tameng. Setiap nilai di dalamnya berfungsi membentuk watak dan menjaga martabat manusia. Karena tanpa nilai, manusia hanya kulit kosong yang mudah terombang-ambing arus dunia.
“Orang yang hidup tanpa tunjuk ajar ibarat kapal tanpa kemudi,”
— Petuah Melayu
Dari Lisan ke Lembaran Buku
Keberadaan Tunjuk Ajar Melayu tak terlepas dari peran Tenas Effendy, budayawan Melayu Riau yang telah membukukan nilai-nilai luhur ini dalam karya monumental. Kini, buku Tunjuk Ajar Melayu tidak hanya dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah, tapi juga menjadi referensi bagi pemerhati budaya, pendidik, dan orang tua yang ingin menanamkan nilai-nilai keteladanan kepada anak.
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia resmi menetapkan Tunjuk Ajar Melayu sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Sebuah pengakuan atas keluhuran nilai yang bukan hanya milik Melayu, tapi warisan untuk seluruh bangsa.
Tantangan Zaman dan Harapan Baru
Di era media sosial dan budaya serba cepat, Tunjuk Ajar Melayu menghadapi tantangan besar: dilupakan. Namun, berbagai komunitas budaya, sekolah adat, dan gerakan literasi kini mulai mengangkatnya kembali—melalui festival, podcast, hingga visual storytelling.
“Jika ingin Melayu tetap berakar, kita harus memelihara tunjuk ajarnya,” ujar seorang guru di Pekanbaru.
Akhir Kata: Warisan yang Harus Hidup
Tunjuk Ajar Melayu bukan hanya peninggalan masa lalu. Ia adalah cermin, kompas, dan cahaya. Di dalamnya, kita menemukan siapa diri kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita hendak melangkah.
Di ujung cerita, sang nenek menutup petuahnya dengan senyum. Sang cucu terdiam, merenung. Dan di situlah, nilai Tunjuk Ajar Melayu hidup kembali—dalam hati generasi baru yang mulai memahami arti jadi manusia.
???? Untuk mengenal lebih jauh, kunjungi artikel aslinya di riaumagz.com
Berita Lainnya
Desa Sari Mulya Kateman: Potret Kehidupan, Sejarah, dan Harapan di Ujung Indragiri Hilir
Kok Bisa? Inhil Masuk Daftar Kabupaten Tersepi di Riau, Ini Alasannya!
Negara Satu-satunya di Asean yang Menggunakan Hukum Islam, Berikut Fakta dan Sejarah Negara Brunei Darussalam
Kabupaten atau Kota Mana yang Paling Tua di Provinsi Riau?
Sejarah Desa Tanjung Raja Kateman: Dari Pesisir Sunyi Menuju Desa Mandiri
Sejarah dan Asal Usul Kecamatan Pulau Burung, Indragiri Hilir, Riau
Sungai Siak, Dulu Bernama Sungai Jantan: Inilah Asal-usul dan Perannya
Ismail Suko, Gubernur Riau 'De facto' Menantu Rusli Zainal Gubri Sang Visioner, Septina Pecahkan Rekor Sejarah Riau
Ditemukan Usai Ratusan Tahun Tertimbun Lahar, Beginilah Potret Kolam Mewah Kerajaan Majapahit
Dari Pelanduk ke Desa Surayya Mandiri: Kisah Pemekaran dan Pelestarian Tradisi Melayu Riau
Mari Kita Membaca Cerita Rakyat Riau, Sutan Nan Garang jo si Rantai Omeh
Batang Sari: Kisah Sebuah Desa Pesisir yang Tumbuh dari Sungai Bertabur Kayu di Kecamatan Mandah Indragiri Hilir