DPRD Riau Tak Satu Suara Terkait Pansus APBD, Ada Apa di Balik Temuan BPK?
.png)
BUALBUAL.com - Rencana pembentukan Panitia Khusus (Pansus) oleh DPRD Provinsi Riau untuk menindaklanjuti temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait Laporan Pengelolaan Keuangan Daerah (LPKD) 2024 memicu perdebatan internal. Sebagian anggota mendukung, sementara lainnya menolak dengan alasan politis.
Anggota DPRD Riau dari Fraksi PDIP, Robin Hutagalung, menegaskan menolak karena tidak ada urgensi pembentukan Pansus tersebut. Menurutnya, temuan BPK cukup ditindaklanjuti oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
"Tidak ada urgensinya. Kalau ada temuan BPK, tinggal ditindaklanjuti pihak terkait karena sudah ada aturannya," kata Robin, Selasa 8 Juli 2025..
Robin, yang terlibat dalam penyusunan APBD 2024, menuding ada motif tertentu di balik wacana Pansus. "Kalau tidak ada aturan yang mewajibkan, berarti ada keinginan dengan motivasi dan tujuan tertentu," ujarnya.
Pandangan serupa disampaikan anggota Fraksi Golkar, Indra Gunawan Eet. Ia menilai pembentukan Pansus hanya alat politik untuk menyerang wakil Gubernur Riau, SF Hariyanto, yang sedang bersaing menjadi Ketua Golkar Riau.
"Pansus ini kental nuansa politik. Tidak perlu dibentuk hanya untuk menyerang Pak SF," tegasnya.
Sebelumnya Ketua DPRD Riau, Kaderismanto, bersikukuh Pansus diperlukan karena Riau pertama kali menerima opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) setelah 13 tahun meraih Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
"Sesuai aturan, jika ada opini WDP, perlu dibentuk Pansus. Kita akan koordinasikan dengan pimpinan fraksi," jelas Kaderismanto.
Sementara itu anggota DPRD Riau, Kasir, menyarankan agar temuan BPK ditangani aparat penegak hukum jika ada indikasi pelanggaran.
"Kalau ada kerugian negara, APH harus bertindak profesional," ujarnya.
BPK memberi waktu 2 bulan bagi Pemprov dan DPRD Riau untuk menindaklanjuti temuan tersebut.
Seperti diketahui BPK menemukan sejumlah masalah dalam APBD 2024, termasuk Defisit anggaran Rp1,76 triliun yang membebani APBD 2025. Hutang belanja Rp40,81 miliar dan ketekoran kas DPRD Rp3,33 miliar. Dan kelebihan pembayaran belanja dinas Rp16,98 miliar akibat penatausahaan tidak memadai.
Desakan Mahasiswa dan KNPI
Sebelumnya gabungan mahasiswa (Cipayung Plus) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Riau mendesak DPRD segera membentuk Pansus untuk mengusut defisit anggaran.
"Defisit Rp 1,76 triliun bukan masalah kecil. Ini bisa menghambat pembangunan Riau," tegas Ketua KNPI Riau, Fuad Santoso.
Mereka mengancam gelar aksi besar jika DPRD tidak merespons. "Jika tidak dibentuk Pansus independen, kami akan turun ke jalan," tandas pernyataan Cipayung Plus.*
Berita Lainnya
Tak kunjung rampung, Masyarakat Desa Kuala Patah Parang Inhil keluhkan belum adanya aliran listrik
Kasmarni Mewakili Plh Bupati Bengkalis, Afresiasi Penampilan Khas Budaya Seni Sakai
Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke-6 Kelurahan Talang Mandi, Resmi di Buka Camat Riki Rihardi
Upicam Mandau Rapat Persiapan, Gelar Jambore PKK Kecamatan Mandau tahun 2022
Plt Bupati Bintan: Mari Kita Jadikan Ramadhan Ini Lebih Bermakna
Hadirkan Empat Pembicaraan Secara Virtual, PCR Gelar Seminar Guru Bimbingan Konseling
Tim Restik Polres Bengkalis Amankan 4 Pelaku Narkotika Jenis Pil Ekstasi
Wabup Bagus Santoso Hadiri Halal Bihalal Paguyuban Pujakesuma DPD Bengkalis
Warga Pekan Kamis Curhat ke Siti Aisyah, Dari Jalan Rusak Hingga Rumah Tak Layak Huni
Pemprov Riau Bakal Suntik Tambahan Modal Untuk Dua BUMD
dr Indra Yovi : Kita Mesti Waspada, Selain Kasus Positif, PDP juga Meningkat
Pemerintah Inginkan Setiap Kelurahan Memiliki Qori dan Qoriah