Kapal Patroli Milik AL Belanda saat Membumihanguskan Kota Tembilahan Tahun 1949

BUALBUAL.com - Hr. Ms. Batjan Kapal Patroli milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda (Koninklijke Marine) dengan nomor Lambung P 10 menyerang Kota Tembilahan pada 4 Januari 1949 dalam mendukung Operatie Modder masa Agresi Militer II untuk merebut Tembilahan, Rengat dan Air Molek.
Kapal ini sebelumnya bernama HNMS Lismore jenis Korvet milik Royal Australian Navy sekaligus sebagai kapal penyapu ranjau. Dibeli oleh Angkatan Laut Kerajaan Belanda berganti nama menjadi Hr. Ms. Batjan.
Sebelum dijadikan sebagai kapal patroli (P 10) pernah berfungsi sebagai kapal penyapu ranjau (MV 25) dan kapal korvet (PK 5). Dengan dimensi 66,8 x 9,5 x 3,3 meter dan waterverplaatsing 800 ton serta mesin 1.750 HP memiliki kecepatan 15 knot perjam.
Dengan persenjataan 1 buah meriam 10,2 cm, 1 buah senapan mesin 4 cm dan 2 buah senapan mesin 2 cm serta 1 buah Meriam pom-pom 40 cm sebagai merian anti - pesawat udara dibantu oleh persenjataan 4 buah kapal patroli Sungai (RP 107, RP 109, RP 119 dan RP 132) telah membumi hanguskan kota Tembilahan pada tanggal 4 Januari 1949.
Pada saat bersamaan pesawat tempur P-51 dan pesawat pembom B-52 melakukan aksi penembakan mendukung serangan dari kapal perang yang berada Sungai Indragiri.
Perlawanan hanya sesaat dari TNI karena kekuatan persenjataan yang tidak seimbang. Evakuasi dan pengungsian penduduk Tembilahan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dari muntahan peluru yang dilepaskan tentara Belanda.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan Olahraga dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir, Junaidy bin Ismail Abdullah mengatakan, peristiwa tragis ini pernah diceritakan para datuk nenek kita, tapi tidak pernah tercatat secara rinci.
"Selanjutnya saya mendapatkan sumber tertulis yang beberapa catatan yang ditulis oleh para peneliti Belanda yang tersirat ingin menyatakan bahwa keberhasilan merebut Rengat karena didukung Kapal Perang yang mengangkut pasukan KNIL telah berhasil menguasai Tembilahan," jelasnya, Jumat (12/02/21).
Junaidy bin Ismail Abdullah, yang lahir di tepian Sungai Igal pernah tinggal di tepian Sungai Pelanduk, Gangsal, Reteh, Ibu Mandah, Sapat Dalam. Masa ini bermukim antara Parit 14 dan Parit 15 Tembilahan di tepian Sungai Indragiri.
Berita Lainnya
Anggota DPD RI Abdul Hamid Ajak Mahasiswa Pelalawan di Jakarta Tingkatkan Kapasitas Diri
188 Mahasiswa UNRI Terima Kontribusi Ongkos Skripsi Dari Baznas
Belajar Tatap Muka untuk Siswa Kelas 6, 9 dan 12 di Inhil Dimulai Tanggal 15 Februari 2021
Kadisdik Bilang Pemprov Riau Sediakan Bea Siswa Gede Buat Mahasiswa
Komunitas Santri Riau Mengelar Shalat Ghaib Doakan Pemuka Agama yang Wafat
Peduli Pendidikan, Septina Serahkan Bantuan 25 Unit Laptop dan 1 Set Alat Marchingband di SMA N 1 Reteh
Mendikbud Ristek Sampaikan Keseriusan Angkat Satu Juta Guru Jadi ASN PPPK, Hadiah Sempena HGN 2022
PHR Raih Penghargaan dari Kemendikbudristek Karena Utamakan Pendidikan STEM di Indonesia
DP2KBP3A Inhil Laksanakan Pertemuan Peningkatan Kapasitas Kader IMP Bagi Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
Masyarakat Kampung Penyengat Siak, Desak Pemkab Gesa SK Peta Wilayah Hutan Adat
PHR Berbagi Ilmu dan Semangat Lestari kepada Pelajar di Momen Hari Lingkungan Hidup 2024
Kadisdik Hj.Kholijjah Ikuti Halal Bi Halal Pemkab Bengkalis, Salah Satu Ajang Silaturahmi