Dari Pelanduk ke Desa Surayya Mandiri: Kisah Pemekaran dan Pelestarian Tradisi Melayu Riau
.jpeg)
BUALBUAL.com - Desa Surayya Mandiri, yang terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, merupakan desa yang kaya akan sejarah, budaya, dan tradisi lokal yang masih lestari hingga kini.
Desa Surayya Mandiri awalnya merupakan bagian dari Desa Pelanduk. Pada tahun 2011, desa ini resmi memisahkan diri dan menjadi desa mandiri. Nama "Surayya" diambil dari nama parit tempat tinggal seorang tetua kampung.
Parit Rembayan Surayya. Kata "Mandiri" mencerminkan status desa yang telah berdiri sendiri setelah pemekaran. Dengan luas wilayah sekitar 34,5 km², desa ini terdiri atas 2 dusun, 4 RW, dan 12 RT. Wilayahnya berbatasan dengan Desa Pelanduk di sebelah barat dan selatan, serta Desa Igal di sebelah timur dan utara.
Demografi dan Kehidupan Sosial
Mayoritas penduduk Desa Surayya Mandiri adalah suku Melayu, disertai dengan keberadaan suku Jawa dan Banjar. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, masyarakat di desa ini menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari.
Mata pencaharian utama warga adalah bertani, khususnya di perkebunan kelapa, serta sebagian menjadi nelayan. Pada tahun 2021, desa ini memiliki 360 kepala keluarga dengan total penduduk sebanyak 1.142 jiwa, terdiri dari 602 laki-laki dan 540 perempuan.
Tradisi Budaya: Semah Kampoeng
Salah satu tradisi budaya yang masih dilestarikan adalah ritual tahunan "Semah Kampoeng", yang juga dilaksanakan bersama masyarakat Desa Pelanduk.
Ritual ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan upaya menjaga keharmonisan serta keselamatan kampung. Masyarakat berkumpul di tempat yang disebut "Datok Raja Besar", yang dipercaya sebagai leluhur penjaga kampung.
Praktik Gadai Tanah dalam Perspektif Ekonomi Islam
Dalam aspek sosial dan ekonomi, masyarakat Desa Surayya Mandiri masih mempraktikkan sistem gadai tanah yang berakar dari hukum adat.
PPraktik ini sering kali tidak memiliki batasan waktu pembayaran, dan seluruh manfaat dari tanah yang digadaikan menjadi milik penerima gadai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan dapat merugikan pihak penggadai.
Dalam upaya pembangunan desa, masyarakat Desa Surayya Mandiri aktif berpartisipasi dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) untuk merencanakan program prioritas yang akan dilaksanakan.
Desa Surayya Mandiri adalah contoh nyata dari komunitas yang menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan adaptasi terhadap perkembangan zaman.
Dengan sejarah pemekaran yang kuat, tradisi budaya yang hidup, serta tantangan sosial ekonomi yang dihadapi, desa ini terus berupaya meningkatkan kesejahteraan warganya melalui partisipasi aktif dalam pembangunan dan pelestarian nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur. *
Baca juga : Asal-usul Nama dan Sejarah Desa Pulau Cawan, Permata Putih di Ujung Riau
Berita Lainnya
Pesan Ramadhan dengan Napak Tilas ke Makam Tokoh Pendiri Purwakarta
Meretas Jalan di Tanah Gambut: Kisah Awal Desa Beringin Jaya Kecamatan Pulau Burung Indragiri Hilir
Kabupaten atau Kota Mana yang Paling Tua di Provinsi Riau?
Sejarah Asal-Usul dan Pembentukan Perkembangan Desa Keramat Jaya, Pulau Burung
Bagaimana jika Sejarah Negara Indonesia Berubah? Apakah Masih ada NKRI?
Yuk Kita Mengenal Lebih dalam tentang Thailand, Negara Asean yang Tidak Pernah Dijajah
Buku Memeluk Melayu, Sebuah Karya Terhadap Nilai Budaya Melayu
Generasi Muda Harus Baca! Sejarah Kerajaan Keritang Indragiri di Bawah Kekuasaan Majapahit
Bolak Raya: Desa Religi Nan Asri di Ujung Indragiri Hilir
Begini Hasil Rekonstruksi Ilmuwan, Wajah Firaun Mesir Zaman Nabi Musa
Yuk Mengenal Sejarah Kehidupan dan Budaya Suku Dayak Indonesia
Sejarah Kelurahan Bandar Sri Gemilang: Dari Pesisir Sunyi Menuju Pusat Kateman