Sejarah Kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga hingga Kesultanan Lingga-Riau ada sejumlah Sumpah Setia antara bangsa Melayu dan Bugis. Sumpah yang kemudian menjadi salah satu sumber tata negara kerajaan saat itu. Sumpah yang telah menempatkan sejelas-jelasnya kedudukan pihak Bugis dan Melayu.
Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau lebih dikenal dengan nama Raja Ali Haji yang lahir di Selangor pada Tahun 1808 dan meninggal di pulau Penyengat pada Tahun 1873 adalah seorang ulama, sejarawan dan pujangga abad ke 19 keturunan Bugis dan Melayu dalam karya sejarahnya Kitab Silsilah Melayu dan Bugis dan sekalian Raja-rajanya mengisahkan,
……” Kemudian berkata Upu2 yang berlima itu kepada Raja Sulaiman, adapun yang seperti permintaan Raja Sulaiman kepada saya semua itu, saya terimalah. Akan tetapi hendaklah kita semua ini berjanji dahulu betul2. Maka Jawab Raja Sulaiman, baiklah. Dan khabarkanlah oleh Upu2 itu boleh saya dengar. Syahdan berkata pula Upu Daeng Perani. Adapun jika jaya pekerjaan saya semua ini sekali lagi melanggar Siak, maka sebelah Raja Sulaiman menjadi Yamtuan Besar sampailah kepada turun menurunnya, dan saya semuanya menjadi Yamtuan Muda sampailah kepada turun – menurunnya juga, tiada boleh yang lain, Maka boleh pilih saja yang lima beradik ini, mana – mana jua yang disukai oleh orang banyak, maka dianya itulah yang jadi Yamtuan Muda, tiada boleh tiada. Dan lagi pula Yamtuan besar jadi seperti perempuan saja, jika diberinya makan baharulah makan ia. Dan Yamtuan Muda jadi seperti laki – laki. Dan jika datang satu2 hal atau apa2 juga bicara, melainkan apa2 kata Yamtuan Muda. Syahdan sekali perjanjian kita mana2 yang tersebut itu, tiada boleh diobahkan lagi. Maka boleh kita semua pakai sampai kepada anak cucu cicit turun temurun kita kekalkan selama – lamanya”.
Sedang Raja Ali Kelana, dalam tulisannya “Kumpulan Ringkas Berbetulan Lekas” juga turut mengisahkan soal Sumpah Setia Melayu-Bugis. Dalam karya tersebut dapat diketahui ada delapan kali sumpah setia yang dibuat oleh Yang Dipertuan Besar dengan Yang Dipertuan Muda.
Namun jika dicermati lebih jauh, perjanjian dan Sumpah Setia antara Melayu-Bugis yang benar-benar dibuat oleh Yang Dipertuan Besar dari sebelah Melayu hanyalah tujuh kali. Dan yang terakhir atau ketujuh tersebut yakni Sumpah Setia Melayu-Bugis oleh Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah dengan Yang Dipertuan Muda, Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi. Pada Tahun 1883, sultan Sulaiman mangkat di Daik. Sejak itu juga berakhirlah Dinasti Bendahara menduduki tahta Kerajaan Melayu Lingga-Riau. (Idalf)
editor: hasbi Muhammad
BB.C/pl.com
Berita Lainnya
HM. Wardan Tak Ingin Ada Lagi Berkas Yang Belum Ditandatangani Setelah Cuti
Kabar Gembira Bagi Masyarakat Riau BOB Temukan Cadangan Minyak di Sumur Benewangi
Wahyu Komisioner KPU Resmi Ditahan KPK, 'Maaf untuk Rakyat Indonesia'
Racun Senjata Pemusnah Massal Ditemukan di Wajah Kim Jong Nam
Usai Dugaan Kasus Pencemaran Nama Baik Di Inhil LBH Ram Indonesia Himbau " Gunakan Medsos Dengan Bijak "
Debat Kedua Pilpres 2019 Semoga Lebih Baik dari Pemilihan Ketua OSIS
Terkait judi Tembak ikan Dan Dindong Yang Meresahkan Warga di pinggir. Di Duga Di Bekap Aparat Polisi
Camat Tanjung Melawan Rohil Buat Keramba Terapung
HM. Wardan Harapkan Jambore PKK Lahir Kader Berkualitas
Polda Riau Tetaplam PT SSS sebagai Tersangka Korporasi Kasus Karhutla
Tiga Kapal Perang KRI Usir Penangkap Ikan Asing di Perairan Natuna
Kunjungan Kerja BEM UIN Suska Riau ke Danrem 031/Wira Bima Sepakati Sekolah Pemimpin