PILIHAN
Simak Penjelasan Buya Yahya, Hukum Mengucap Salam Lintas Agama "Sering Diucapkan Pemimpin Negara"
BUALBUAL.com - Sudah menjadi kebiasaan bagi para pejabat dan pemimpin di negeri ini, saat berpidato mengucapkan salam lintas agama. Artinya, bukan hanya mengucap salam agama Islam saja, tapi juga salam dari agama lain.
Baru-baru ini, ucapan salam lintas agama diangkat oleh Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur. Lembaga itu mengimbau agar salam lintas agama tidak lagi diucapkan oleh pemimpin, pejabat, atau siapa pun orang yang beragama Islam. Mereka diimbau cukup mengucap salam dalam agama Islam, assalamu'alaikum.
Yahya Zainul Maarif, atau lebih akrab disapa Buya Yahya, dalam channel Youtube Al-Bahjah TV, yang dipublikasikan pada 9 April 2019, menjelaskan soal hukum mengucap salam lintas agama.
"Pertama, membahas mengucapkan salam kepada orang kafir. Para ulama berbeda tentang memulai salam kepada orang kafir. Sebagian mengatakan kita tidak boleh memulai salam dengan "assalamu'alaikum", karena itu salam khusus, kepada orang orang kafir," ujar Buya Yahya.
Assalamu'alaikum yang berarti keselamatan. Jika ditambah warahmatullahi wabarakatuh, artinya semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu. Salam yang sangat baik.
Namun kata Buya, pada zaman Nabi Muhammad, pernah ada orang mengucap assalamu'alaikum pada orang kafir. Namun dijawab tidak baik oleh orang kafir tersebut.
"Rupanya dijawab sama orang kafir, 'wa'alaikumusam'. Kita mengucapkan salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadamu, dia (orang kafir itu) menjawab 'racun untukmu'. Maka di saat itu enggak boleh," ujar Buya.
Sementara itu, soal ucapan salam lintas agama, Buya Yahya menjelaskan, kalau bisa, lebih baik diubah dengan salam tradisi masyarakat yang tidak bertentangan dengan agama. Atau mengucapkan salam kepada orang di luar Islam dengan kalimat sapaan, selamat pagi, selamat sore. Dan itu sah-sah saja. Dengan catatan, maknanya benar.
"Tapi kalau maknanya ndak bener, misalnya orang nyembah pohon kelapa. Saya ndak memberikan contoh Tuhannya agama-agama yang dianut di sini. Saya mencontohkan, misalnya, ada orang setiap hari menyembah pohon kelapa. Kita enggak boleh ngikut, dia selalu kalau salam sama orang begini, semoga pohon kelapa selalu memberikan keselamatan kepadamu. Kita enggak boleh mengucapkan, semoga pohon kelapa selalu memberikan keselamatan kepadamu. Enggak boleh. Karena ada syirik di dalamnya. Maka, salam yang mengandung makna syirik, enggak boleh kita ikuti," tuturnya.
Simak penjelasan Buya Yahya selengkapnya di video ini
https://youtu.be/Myetve7taug
Sumber: Viva.co.id
Berita Lainnya
Sembilan Potret Prabowo Sapa Warga dan Gendong Anak di Haul Mbah Priuk
Ternyata Pengantin Baru, Korban Tewas yang Hanyut Diseret Arus di Pekanbaru
Plh Bupati Bengkalis Paparkan Sejumlah Kersiapan dan Penanganan Covid-19
Maruf Amin: Yakin Infrastruktur Langit Bisa Hadirkan Decacorn
Anies Baswedan Ingatkan Ahok Tentang Pentingnya Menjaga Kata-kata
Curi Ponsel, Dua Pemuda di Pekanbaru Nyaris Diamuk Massa
Jelang MTQ Bupati Inhil H Muhammad Wardan Minta Ruas Jalan Kotabaru-Pulau Kijang Harus Siap Di Kerjakan
Tim Raksasa Francis PSG, Buka Peluang Jalani Pramusim di Indonesia
Jangan Sampai Jual Harta Benda Demi Maju Pilkada "Gerindra Minta Kadernya Realistis"
Terungkap! Pembunuh Nenek 78 Tahun di Inhu Adalah Pasutri Merupakan Tetangga Korban
Ban Bocor dan Cat Terkelupas, Ratusan Mobil Dinas Pemprov Riau yang Dikandangkan Tak Terawat