Muhammadiyah Desak Pemerintah RI Tegas Soal Kasus Pelarungan 3 ABK di Cina

BUALBUAL.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara terkait pelarungan tiga anak buah kapal (ABK) asal Indonesia di kapal berbendera China. Haedar mendesak pemerintah dan DPR mengambil langkah tegas terhadap kasus tersebut.
"Rakyat berharap pemerintah tegas dalam melindungi jiwa warga negaranya di manapun berada. Lebih-lebih WNI itu tengah mengadu nasib di negeri orang dengan bertaruh nyawa. Jangan sampai muncul pandangan publik selama ini, tenaga asing di negeri kita dimanjakan bagaikan raja, sedangkan tenaga kerja Indonesia di negeri orang sengsara laksana budak," ujar Haedar, Sabtu (9/5).
"Ini masalah serius. Bukan soal opini negatif atau positif tetapi menyangkut harga nyawa warga negara yang wajib dilindungi sepenuhnya oleh negara. Ini lebih tinggi nilainya dari urusan ekonomi dan investasi," tegas Haedar.
Haedar juga meminta kepada Kementerian Tenaga Kerja harus mengambil langkah tegas, jelas, dan berani melindungi TKI di luar negeri. Selain memihak sepenuhnya terhadap tenaga kerja di dalam negeri agar mereka sejahtera di rumahnya sendiri melebihi tenaga kerja asing.
Haedar mewanti-wanti pemerintah khususnya Kementerian Tenaga Kerja jangan lagi setengah hati dan hanya mempertimbangkan devisa. Haedar berharap pemerintah berani tegas menindak praktik calo dan mafia yang jelas-jelas mengorbankan TKI.
"Cegah program-program yang kelihatannya untuk kepentingan TKI di dalam maupun luar negeri, tetapi senyatanya hanya untuk memanfaatkan anggaran kementerian. Hentikan ambisi mendatangkan tenaga kerja asing yang bermasalah dan menjadi keberatan banyak pihak, ketika tenaga kerja sendiri bergumul nasib pahit," urai Haedar.
"Masalah ketenagakerjaan itu sangat berat dan kompleks, sehingga memerlukan kebijakan yang terfokus dan serius dengan menyediakan lapangan kerja yang layak dan bermartabat untuk kesejahteraan rakyat," sambung Haedar.
Haedar menyebut saat ini adalah saatnya pemerintah Indonesia dan DPR merumuskan kebijakan nasional yang komprehensif mengenai TKI, dengan implementasi kewajiban konstitusional melindungi seluruh warga negara Indonesia.
Haedar menegaskan para pejabat negara diuji komitmen dan kemampuannya dalam menghadapi kasus-kasus yang menyangkut hajat hidup rakyat seperti ini. Para petinggi negeri harus benar-benar memiliki political-will yang menyangkut nasib rakyat daripada mementingkan legasi-legasi kekuasaan, politik, ekonomi, dan kepentingan fisik belaka.
"Saatnya para pejabat negara berhenti bagi-bagikan bingkisan kepada sebagian warga yang tampak populis meski berguna seketika. Lebih baik bagi-bagikan dan jalankan kebijakan yang benar-benar menyejahterakan rakyat dan sepenuhnya pro-rakyat," ungkap Haedar.
Haedar menilai para pejabat di eksekutif, legislatif, yudikatif, dan institusi pemerintahan lainnya perlu komitmen baru bagaimana tugas utamanya melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia sebagai kewajiban konstitusional yang niscaya dan nyata.
"Nyawa warga negara itu mahal karena dia manusia. Di hadapan Allah, bahkan melindungi satu jiwa sama dengan melindungi seluruh manusia, sedangkan melenyapkan satu nyawa sama dengan membunuh seluruh manusia (QS Al-Maidah: 32). Jadi, harga satu nyawa warga negara itu sungguh lebih dari segalanya," pungkas Haedar.
Berita Lainnya
Presiden Jokowi Borong 5 Juta Obat Avigan dan Chloroquine, Untuk Lawan Virus Corona
Syahrial Nasution Sebut Pemikiran Nadiem Makarim Soal Peruntukan Sekolah Negeri Absurd
Wan Thamrin Hasyim Ketemu Jokowi, Syamsuar - Edy Natar Dikantik 8 Desember 2018
Astaga, Demi Pulang Kampung, Pemudik Nekat Sembunyi Di Bagasi Bus AKAP
Megawati Sindir Apa Sumbangsih Para Pemuda Selain Demonstrasi! Asfinawati Sentil Fadjroel: Kenapa Dulu Orba Anda Demo Juga?
Kejari Inhu Gelar Penerangan Hukum Restorative Justice
Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyouno, Satu Tetes Darah Pendemo 4 November Tumpah, Kami Gulingkan Jokowi-JK!
Presiden Jokowi Harus Jelaskan Kenapa Ba’asyir Dibebaskan
Jokowi Ditagih Janji Menaikkan Gaji Aparat Desa, Jelang Pelantikan Presiden
Jokowi Widodo Jangan Cuci Tangan
Kata Gerindra, Emil Lebih Pilih Jokowi dan Lupa Prabowo
Bawaslu Riau Tertibkan APK Pemilu, Namun Tak Berlaku APK Jokowi yang Bertebaran 'Tidak Melanggar Aturan'